BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan peradaban manusia telah memacu
peningkatan kebutuhan dan keinginan baik dalam jumlah, variasi jenis, dan
tingkat mutu. Perkembangan ini menimbulkan tantangan untuk dapat memenuhi
keinginan tersebut dengan cara meningkatkan kemampuan menyediakan dan
menghasilkannya peningkatan kemampuan penyediaan atau produksi barang merupakan
usaha yang harus dilakuakan oleh perusahaan untuk dapat memenuhi kebutuhan
secara efektif dan efesien. Usaha ini dilakukan agar dicapai tingkat keuntungan
yang diharapkan demi menjamin kelangsungan perusahaan.
Dalam mencapai tujuan dan sasaran secara
efektif dan efesien, dikembangkanlah pemikiran dan pengkajian untuk mendapatkan
cara-cara yang lebih baik. Tujuannya adalah untuk mengahasilkan pengeluaran
yang optimal, sehingga dapat untuk mencapai sasaran secara tepat dalam waktu,
jumlah, mutu dengan biaya yang efesien dengan memanfaatkan factor-faktor
produksi. Factor produksi yang dimaksud meliputi tenaga manusia ( men ), bahan (
material ), dana ( money ), serta mesin dan peralatan ( machines ) kekurangan
salah satu factor produksi dapat menggangu proses produksi, artinya kelancaran
proses produk dapat terhambat bila salah satu factor produksi mengalami
kerusakan.
Said ( 1980 ) Fachrurozi ( 2002 ) menyatakan
bahwa mesin-mesin produksi merupakan factor produksi yang berfungsi
mengkonfersi bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Mesin
merupakan pesawat pengubah energi yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip logis,
rasiomal dan matematis. Kebutuhan produktifitas yang lebih tinggi serta
meningkatkannya keluaran mesin pada tahun-tahun terakhir ini telah mempercepat
perkembangan otomatisasi. Hal ini pada gilirannya memperbesar kebuthan akan
fungsi pemeliharaan ( maintenance ) mesin-mesin tersebut, selain karena
mesin-mesin tersebut cenderung terus mengalami kelusuhan sehingga diperlukan
reparasi atau perbaikan.
Ditinjau dari usaha pemeliharaan dan perbaikan
yang dilakukan terhadap fasilitas produksi, dapat dikatakan bahwa tujuan dari
pemeliharaan dan perbaikan adalah untuk mempertahankan suatu tingkat
produktivitas tertentu tanpa merusak produk akhir. jadi, dengan adanya
pemeliharaan, maka fasilitas/ peralatan pabrik diharapkan dapat beroperasi
sesuai dengan rencana dan tidak mengalami kerusakan selama digunakan untuk
proses produksi sebelum jangka waktu tertentu yang direncanakan tercapai.
Perawatan atau pememliharaan mesin tentu saja
membutuhkan biaya. Biaya ini meliputi nilai rawatan yang disimpan dan
digunakan, biaya pekerja langsung, segala macam pekerja tidak langsung, dan
pekerja yang disubkontrakan. Oleh sebab itu diperlukan suatu pengaturan yang
baik sehingga pelaksanaan kegiatan perawatan diharapkan dapat membantu
memaksimalkan perbedaan antara biaya variable yang dikeluarkan oleh pabrik dan
hasil penjualan yang diperoleh dari menjual produk sehingga keuntungan dapat
tatap diperoleh. Ini merupakan fungsi utama dari manajemen pemeliharaan (
Wallay,1987 ).
Walaupun telah mengetahui arti pentingnya
pemeliharaan mesin-mesin produksi, tetap saja banyak industri/ pabrik berskala
besar maupun kecil yang mengabaikannya. Ini dikarenakan industri/pabrik
tersebut hanya memandang dari segi biaya dan waktu jangka pendek yang akan
dikeluarkan untuk melakukan kegiatan pemeliharaan, tanpa mempertimbangkan
kerugian yang mungkin akan diderita apabila pemeliharaan mesin tidak dilakukan.
Oleh karena itu, studi manajemen pemeliharaan mesin-mesin produksi ini perlu
dilakuakan untuk mengetahui besar perhatian pabrik dalam menerapkan system
manajemen pemeliharaan mesinnya.
BAB II
MACAM-MACAM
PEMELIHARAAN DITINJAU DARI FUNGSINYA
Dalam istilah perawatan disebutkan
bahwa disana tercakup dua pekerjaan yaitu istilah “perawatan” dan “perbaikan”.
Perawatan dimaksudkan sebagai aktifitas untuk mencegah kerusakan, sedangkan
istilah perbaikan dimaksudkan sebagai tindakan untuk memperbaiki
kerusakan.
Secara umum, ditinjau dari saat pelaksanaan
pekerjaan perawatan, dapat dibagi menjadi dua cara:
1. Perawatan yang direncanakan (Planned Maintenance).
2. Perawatan yang tidak direncanakan (Unplanned
Maintenance).
Secara skematik pembagian perawatan bisa dilihat
pada gambar berikut:
Gambar
2.1 Skematik pembagian perawatan
Bentuk-bentuk Perawatan
1. Perawatan Preventif (Preventive Maintenance)
Adalah pekerjaan perawatan yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya kerusakan, atau cara perawatan yang direncanakan untuk
pencegahan (preventif).
Ruang lingkup pekerjaan preventif termasuk:
inspeksi, perbaikan kecil, pelumasan dan penyetelan, sehingga peralatan atau
mesinmesin selama beroperasi terhindar dari kerusakan.
2. Perawatan Korektif
Adalah pekerjaan perawatan yang dilakukan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kondisi fasilitas/peralatan sehingga mencapai
standar yang dapat diterima.
Dalam perbaikan dapat dilakukan
peningkatan-peningkatan sedemikian rupa, seperti melakukan perubahan atau
modifikasi rancangan agar peralatan menjadi lebih baik.
3. Perawatan Berjalan
Dimana pekerjaan perawatan dilakukan ketika
fasilitas atau peralatan dalam keadaan bekerja. Perawatan berjalan diterapkan
pada peralatan-peralatan yang harus beroperasi terus dalam melayani proses
produksi.
4. Perawatan Prediktif
Perawatan prediktif ini dilakukan untuk
mengetahui terjadinya perubahan atau kelainan dalam kondisi fisik maupun fungsi
dari sistem peralatan. Biasanya perawatan prediktif dilakukan dengan bantuan
panca indra atau alat-alat monitor yang canggih.
5. Perawatan setelah terjadi kerusakan (Breakdown
Maintenance)
Pekerjaan perawatan dilakukan setelah terjadi
kerusakan pada peralatan, dan untuk memperbaikinya harus disiapkan suku cadang,
material, alat-alat dan tenaga kerjanya.
6. Perawatan Darurat (Emergency
Maintenance)
Adalah pekerjaan perbaikan yang harus segera
dilakukan karena
terjadi kemacetan atau kerusakan yang tidak
terduga.
Disamping jenis-jenis perawatan yang telah disebutkan diatas,
terdapat juga beberapa jenis pekerjaan lain yang bisa dianggap merupakan jenis
pekerjaan perawatan seperti:
1. Perawatan dengan cara penggantian (Replacement
instead of maintenance)
Perawatan dilakukan dengan cara mengganti
peralatan tanpa dilakukan perawatan, karena harga peralatan pengganti lebih
murah bila dibandingkan dengan biaya perawatannya. Atau alasan lainnya adalah
apabila perkembangan teknologi sangat cepat, peralatan tidak dirancang untuk
waktu yang lama, atau banyak
komponen rusak tidak memungkinkan lagi
diperbaiki.
2. Penggantian yang direncanakan (Planned
Replacement)
Dengan telah ditentukan waktu mengganti
peralatan dengan peralatan yang baru, berarti industri tidak memerlukan waktu
lama untuk melakukan perawatan, kecuali untuk melakukan perawatan dasar yang
ringan seperti pelumasan dan penyetelan. Ketika peralatan telah menurun
kondisinya langsung diganti dengan yang baru. Cara penggantian ini mempunyai
keuntungan antara lain, pabrik selalu memiliki peralatan yang baru dan siap
pakai.
Istilah-istilah yang umum dalam perawatan:
1. Availability:
Perioda waktu dimana fasilitas/peralatan dalam
keadaan siapuntuk dipakai/dioperasikan.
2. Downtime:
Perioda waktu dimana fasilitas/peralatan dalam
keadaan tidak dipakai/dioperasikan.
3. Check:
Menguji dan membandingkan terhadap standar yang
ditunjuk.
4. Facility Register
Alat pencatat data fasilitas/peralatan, istilah
lain bisa juga disebut inventarisasi peralatan/fasilitas.
5. Maintenance management:
Organisasi perawatan dalam suatu kebijakan yang
sudah disetujui bersama.
6. Maintenance Schedule:
Suatu daftar menyeluruh yang berisi kegiatan
perawatan dan kejadian-kejadian yang menyertainya.
7. Maintenance planning:
Suatu perencanaan yang menetapkan suatu
pekerjaan serta metoda, peralatan, sumber daya manusia dan waktu yang
diperlukan untuk dilakukan dimasa yang akan datang.
8. Overhaul:
Pemeriksaan dan perbaikan secara menyeluruh
terhadap suatu fasilitas atau bagian dari fasilitas sehingga mencapai standar
yang dapat diterima.
9. Test:
Membandingkan keadaan suatu alat/fasilitas
terhadap standar yang dapat diterima.
10. User:
Pemakai peralatan/fasilitas.
11. Owner:
Pemilik peralatan/fasilitas.
12. Vendor:
Seseorang atau perusahaan yang menjual
peralatan/perlengkapan, pabrik-pabrik dan bangunan-bangunan.
13. Efisiensi:
Running Hours Running Hours + Down Time
14. Trip:
Mati sendiri secara otomatis (istilah dalam
listrik).
15. Shut-in:
Sengaja dimatikan secara manual (istilah dalam
pengeboran minyak).
16. Shut-down:
Mendadak mati sendiri / sengaja dimatikan.
Strategi Perawatan
Pemilihan program perawatan akan mempengaruhi
kelangsungan produktivitas produksi pabrik. Karena itu perlu dipertimbangkan
secara cermat mengenai bentuk perawatan yang akan digunakan terutama berkaitan
dengan kebutuhan produksi, waktu, biaya, keterandalan tenaga perawatan dan
kondisi peralatan yang dikerjakan.
Dalam menentukan strategi perawatan, banyak
ditemui kesulitan-kesulitan
diantaranya:
• Tenaga kerja yang terampil
• Ahli teknik yang berpengalaman
• Instrumentasi yang cukup mendukung
• Kerja sama yang baik diantara bagian perawatan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan
strategi perawatan:
• Umur peralatan/mesin produksi
• Tingkat kapasitas pemakaian mesin
• Kesiapan suku cadang
• Kemampuan bagian perawatan untuk bekerja cepat
• Situasi pasar, kesiapan dana dan lain-lain.
Sebuah
perencanaan yang memerlukan inspeksi rutin, pemeliharaan dan menjaga agar
fasilitas dalam keadaan baik sehingga tidak terjadi kerusakan di masa yang akan
datang. Pekerjaan dasar pada perawatan preventive adalah: inspeksi, pelumasan,
perencanaan dan penjadwalan, pencatatan dan analisis, latihan bagi tenaga
pemeliharaan, serta penyimpanan suku cadang. sehingga peralatan atau
mesin-mesin selama beroperasi terhindar dari kerusakan dapat terpenuhi
pengunaannya. (Daryus ,2007).
Menurut Dhillon
(2006), dalam bukunya “maintainability, maintenance, and reliability for
engineers” ada 7 elemen dari pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance)
yaitu:
1)
Inspeksi: memeriksa secara berkala (periodic) bagian-bagian tertentu untuk
dapat dipakai dengan membandingkan fisiknya, mesin, listrik, dan karakteristik
lain untuk standar yang pasti,
2) Kalibrasi: mendeteksi dan menyesuaikan setiap perbedaan dalam akurasi
untuk material atau parameter perbandingan untuk standar yang pasti,
3) Pengujian: pengujian secara
berkala (periodic) untuk dapat
menentukan pemakaian dan mendeteksi kerusakan mesin dan listrik,
4) Penyesuaian: membuat penyesuaian secara periodik untuk unsur variabel
tertentu untuk mencapai kinerja yang optimal,
5) Servicing: pelumasan secara periodik, pengisian, pembersihan, dan
seterusnya, bahan atau barang untuk mencegah terjadinya dari kegagalan yang
baru,
6) Instalasi: mengganti secara berkala batas pemakaian barang atau siklus waktu
pemakaian atau memakai untuk mempertahankan tingkat toleransi yang ditentukan,
7)
Alignment: membuat perubahan salah satu
barang yang ditentukan elemen variabel untuk mencapai kinerja
yang optimal.
2)
Pemeliharaan tak terencana (unplanned maintenance)
Pemeliharaan tak
terencana adalah yaitu pemeliharaan darurat, yang didefenisikan sebagai
pemeliharaan dimana perlu segera dilaksanakan tindakan untuk mencegah akibat
yang serius, misalnya hilangnya produksi, kerusakan besar pada peralatan, atau
untuk keselamatan kerja. (Anthony, 1992).
Pada umumnya
sistem pemeliharaan merupakan metode tak terencana, dimana peralatan yang
digunakan dibiarkan atau tanpa disengaja rusak hingga akhirnya, peralatan
tersebut akan digunakan kembali maka diperlukannya perbaikan atau pemeliharaan.
BAB III
KESIMPULAN
Oleh
karena itu, Dalam pelaksanaan pemeliharaan
antara terencana yang harus diperhatikan adalah jadwal operasi
pabrik, perencanaan pemeliharaan, sasaran perencanaan pemeliharaan,
faktor-faktor yang diperhatikan dalam perencanaan pekerjaan pemeliharaan, sistem
organisasi untuk perencanaan yang efektif, dan estimasi
pekerjaan. (Asyari, 2007).
Jadi, Pemeliharaan terencana merupakan
pemakaian yang paling tepat mengurangi keadaan darurat dan waktu nganggur
mesin. Adapun keuntungan lainnya yaitu:
a. Pengurangan pemeliharaan darurat,
b.
Pengurangan waktu nganggur,
c. Menaikkan ketersediaan (availability) untuk produksi
d.
Meningkatkan penggunaan tenaga kerja untuk pemeliharaan dan produksi,
e.
Memperpanjang waktu antara overhaul
f. Pengurangan penggantian suku cadang, membantu pengendalian
sediaan,
g.
Meningkatkan efisiensi mesin,
h. Memberikan pengendalian anggaran dan biaya yang bisa diandalkan.
Tujuan dan Manfaat Pemeliharaan
1) Tujuan pemeliharaan
§
a) Untuk mengoptimalkan usia
pakai sebuah mesin. Hal ini sangat penting terutama jika dilihat dari aspek
biaya, karena untuk membeli sebuah mesin akan jauh lebih mahal jika
dibandingkan dengan merawat bagian dari peralatan tersebut.
§
b) Untuk menjamin kesiapan
operasional mesin untuk mendukung kelancaran pekerjaan sehingga diperoleh hasil
yang optimal.
§
c) Untuk menjamin ketersediaan
peralatan yang diperlukan melalui pencetakan secara rutin dan teratur.
§
d) Untuk menjamin keselamatan
operator yang mengoperasikan mesin tersebut.
2) Manfaat
pemeliharaan
§
a) Jika sebuah mesin
terpelihara dengan baik, umurnya akan awet yang berarti tidak perlu mengadakan
penggantian dalam waktu yang singkat.
§
b) Pemeliharaan yang baik
mengakibatkan jarang terjadi kerusakan yang berarti biaya perbaikan dapat ditekan
seminim mungkin.
§
c) Dengan adanya pemeliharaan
yang baik, maka akan lebih terkontrol sehingga terhindar kerusakan.
§
d) Dengan adanya pemeliharaan
yang baik, maka enak dilihat dan dipandang.
§
e) Pemeliharaan yang baik
memberikan hasil pekerjaaan yang baik.
Dapat disimpulkan pengelolaan
menajemen sarana dan prasarana perusahaan dilihat dari segi pemeliharaan dapat
di tinjau dari sifatnya terbagi menjadi empat macam yaitu pemeliharaan berupa
pengecekan barang, pemeliharaan berupa pencegahan agar selalu terlihat baik,
pemeliharaan berupa perbaikan ringan, dan yang terakhir pemeliharaan berupa
perbaikan berat dan informasi untuk pertimbangan
penggantian mesin.
Daftar Pustaka